majalahsora.com, Kota Bandung – SMAN 20 Kota Bandung siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar tatap muka secara langsung.
Namun hal itu dilakukan apabila memang sesuai dengan arahan dari Gugus Tugas Percepatanan Penanganan Covid-19 Jawa Barat. Termasuk mengikuti Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri terkait “Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)”.
Untuk melaksanakan belajar mengajar tatap muka langsung, Heniyati Kepala SMAN 20 menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan berbagai sarana prasarana pendukung sejak jauh-jauh hari, untuk menyongsong pembelajaran tatap muka di masa pandemi.
“Insya Alloh kami siap melakukan pembelajaran tatap muka langsung. Tetapi tidak serta merta begitu saja bisa terlaksana. Kami sangat hati-hati untuk melaksanakan belajar tatap muka langsung. Karena sekolah yang melakukan tatap muka langsung harus berada di zona hijau. Dan telah disetujui oleh pihak Gugus Tugas Percepatanan Penanganan Covid-19 Jawa Barat, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII dan Kepala Dinas Pendidikan Jabar, ” kata Heni, saat ditemui di kantornya, Jalan Citarum No.23, Kec. Bandung Wetan, Senin (31/8/2020).
Di samping itu menurut Heni, untuk melakukan belajar tatap muka langsung harus ada pernyataan dari para orangtua siswanya, yang mengijinkan putra/putrinya belajar di sekolah.
“Misalkan sekolah kami sudah diijinkan melakukan belajar tatap muka langsung, tetap harus ada pernyataan dari orangtua siswa kami,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa selama ini hampir semua siswa SMAN 20 Kota Bandung rindu untuk belajar di sekolah. Termasuk para gurunya.
(Universitas Widyatama, ranking 57 kampus terbaik se-Indonesia/negeri-swasta. Untuk info pendaftaran mahasiswa baru klik widyatama.ac.id)
“Mereka sudah rindu suasana sekolah. Apalagi siswa kelas X yang baru. Dari pendaftaran, diterima, masa pengenalan sekolah dan masuk sekolah melalui jaringan (daring) belum pernah ketemu walikelasnya dan tahu keadaan sekolahnya. Bahkan para orangtua siswa sudah banyak yang ingin putra-putrinya belajar di sekolah. Mereka juga kesulitan dalam memantau, apakah mereka belajar sungguh-sungguh atau tidak, beda kalau diajar langsung oleh guru,” kata Heni.
Hj. Euis Sopiah, M. M. Pd., Wakasek Humas
Di samping itu menurut Heni apabila ada sentuhan langsung dari guru dalam pembelajaran secara psikologis akan lebih terasa pembinaan karakternya, berbeda dengan daring.
Meskipun begitu secara teknis selama pembelajaran daring/belajar di rumah (BDR) tidak ada kendala yang berarti. Siswa SMAN 20 Kota Bandung yang berjumlah sekitar 972 orang untuk semua jenjang, 100% mengikuti pembelajaran daring.
Terlebih oleh pihak SMAN 20 para siswanya diberi kuota internet senilai Rp 100 ribu perbulan/siswa, hal itu pun diberikan kepada gurunya yang berjumlah sekitar 70 orang.
“Alhamdulillah, kami upayakan memberikan pelayanan yang optimal. Meskipun belajar secara daring/(BDR) di antaranya memberikan dana untuk membeli paket internet yang ditransfer ke rekening siswa kami,” kata Euis Sopiah, Wakasek Humas SMAN 20.
Euis pun menambahkan bahwa SMAN 20 akan melakukan protokol kesehatan yang ketat apabila belajar tatap muka langsung bisa dilaksanakan.
Di antaranya menyediakan bilik penyemprotan orang sebelum masuk ke lingkungan sekolah, pengukuran suhu tubuh menggunakan termo gun, menyediakan sekitar 40 wastafel dan sabun cuci tangan, face shield, dan lainnya. Termasuk menyiapkan tim satgas protokol kesehatan COVID-19.
Masih kata Euis saat pembelajaran di kelas para siswa wajib menggunakan masker yang diberikan oleh pihak sekolah, begitu juga dengan para gurunya.
Sementara itu kelas yang digunakan sebanyak 27 ruangan, sesuai dengan jumlah rombongan belajarnya (per tingkat 9 rombel).
“Nanti per-kelas-nya akan diisi sebanyak 12 orang siswa (30%-nya). Misalkan hari Senin, kelas X-XII masuk untuk absen 1-12, Selasa untuk absen 13-24, Rabu untuk absen 25-36, terus begitu selanjutnya,” terang Euis.
Dalam sehari maksimal belajar selama empat jam dan maksimal tiga mata pelajaran. Satu jam pelajarannya pun menjadi 30 menit, biasanya di saat kondisi normal satu mata pelajaran dihitung 45 menit. Kegiatan belajarnya dilakukan dari pukul 07.30.
“Untuk memastikan mereka bisa belajar tatap muka langsung, kami akan menyebarkan angket kepada para orangtua siswa kami,” kata Euis.
Namun pihak SMAN 20 memiliki kekhawatiran karena yang rawan itu bukannya di sekolah tetapi saat mereka pergi/pulang ke sekolah menggunakan kendaraan umum. Begitu juga saat pulang sekolah apakah mereka langsung pulang ke rumahnya masing-masing.
“Insya Alloh kalau protokol kesehatan di sekolah sangat ketat. Melakukan jaga jarak. Istirahat ditiadakan, bawa bekal makan sendiri. Tetapi siswa kami kalau selesai belajar di sekolah ada kekhawatiran berkerumun di tempat lain. Tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Makanya kami akan seketat mungkin terus memberikan edukasi,” pungkasnya. [SR]***
Sumber berita :
- https://majalahsora.com/sman-20-kota-bandung-siap-melakukan-pembelajaran-tatap-muka-langsung/
Be the first to comment